Sepak Terjang Dwi Murti Pernah Jadi Pengajar Muda di Pulau Bawean

PT Bestprofit Futures - Selama setahun menjadi pengajar muda di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur setidaknya aku bisa membuat anak-anak mampu baca, tulis, dan berhitung. Target pun tidak muluk-muluk (tidak terlalu tinggi). Ketika melihat mereka sudah bisa melakukan itu semua, rasanya bahagia sekali.

Ungkapan bahagia dari Dwi Murti (25) menjadi pembakar semangat dan membuat siapa pun terharu. Pengalaman Dwi ini ia lakoni sepanjang 2015 sampai 2016. Melalui Gerakan Indonesia Mengajar, ia ditempatkan mengajar anak-anak SD di Pulau Bawean. Lokasi Dwi mengajar pun berada di atas gunung.
Walaupun lokasi mengajar berada di daerah terpencil, Dwi punya motivasi tinggi untuk berkontribusi memajukan negara, salah satunya di bidang pendidikan. Ia mengakui dirinya tidak punya ilmu yang cukup untuk membuat gerakan apa pun atau harta yang cukup buat disumbangkan. pt bestprofit

"Aku cuma bisa nyumbang badan sama waktu jadi volunteer saja. Seperti tag Indonesia Mengajar, 'Daripada mengutuk kegelapan, lebih baik nyalakan lilin yang menerangi sekitar.' Terdengar sangat filosofis ya," tawa Dwi.

Ketika tiba di lokasi, suasana kegiatan belajar mengajar lebih banyak diajar oleh guru honor. Guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) hanya satu atau dua guru saja. Kekurangan guru PNS bukan hanya dialami di Pulau Bawean. Rata-rata penempatan lokasi mengajar di daerah terpencil juga mengalami kondisi serupa.

Pria lulusan Program Studi Jepang, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia ini juga pernah mengalami hari-hari sulit, siswa yang masuk sedikit. pt best profit

"Saat hari panen padi tiba di Pulau Bawean, anak-anak yang masuk sekolah sedikit. Mereka ada yang membantu orangtuanya kerja di sawah,atau disuruh jagain adik di rumah karena orang tua lagi ikut memanen padi. Pernah juga sih, ada yang masuk, tapi adiknya yang kecil dibawa ke sekolah karena di rumah tidak ada orang, 'Sudah pulang saja, daripada adikmu menangis terus malah Bapak jadi tidak bisa mengajar.' Anaknya nurut, dia langsung pulang," kata Dwi tatkala berbincang dengan Health Liputan6.com melalui sambungan telepon Jumat (4/5/2018).
Di Pulau Bawean, Dwi ditugaskan mengajar Matematika dan Bahasa Inggris untuk kelas 4, 5, dan 6. Situasi mengajar memang tidak bisa dibandingkan dengan sekolah-sekolah di kota besar, baik dari segi fasilitas sekolah, pengajar, hingga kemampuan siswa itu sendiri. best profit

"Kondisinya memang jauh dari kata ideal, kadang stres juga, terutama kelas 6 yang akan Ujian Nasional. Sulit sekali kalau harus mengejar target nasional, tapi aku coba saja semaksimal mungkin mengajar mereka. Masalah nilai yang didapat itu belakangan. Tiap anak punya keunggulan di mata pelajaran tertentu, aku coba kejar di sana. Lagi pula karakter anak beda-beda. Karena muridnya sedikit, jadi bisa lebih baik dalam memperhatikan satu persatu karakter mereka," Dwi menjelaskan.

Demi membantu anak-anak menangkap pelajaran, Dwi berusaha menerapkan metode pengajaran yang kreatif dan menarik kepada anak-anak. Kadang ia juga menggunakan media seperti film dan lagu supaya anak anak tertarik belajar. Harapannya selain membantu anak menyerap pengajaran, juga supaya guru-guru lokal bisa menggunakan cara menarik dalam mengajar.

"Sebisa mungkin, aku ngajar dibikin kreatif. Contohnya, nayangin film soal Animal (Binatang) gitu. Nanti sekalian berhitung. Atau bikin lagu berhitung. Nantikan anak-anak ikutan nyanyi. lama-lama mereka bisa hapal," ucap Dwi, yang ditugaskan sebagai guru bantu. bpf jakarta

Aktivitas Dwi tidak hanya mengajar saja. Ia juga membagi waktu dengan mengadvokasi Dinas pendidikan terkait berbagai persoalan yang ada di sekolah lokasi penempatannya. Seperti menyampaikan informasi soal kompetisi yang bias diikuti siswa di Bawean, seperti Olimpiade Sains Quark atau lomba menulis cerita dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

"Akses informasi yang lumayan terbatas, kadang bisa jadi penghambat juga. Sebisa mungkin harus lebih aktif mencari informasi kegiatan lain, misalnya, macam-macam kompetisi atau kegiatan lain yang bisa diikuti anak-anak di sekolah" Dwi melanjutkan. bestprofit jakarta

Selama mengajar di sana, Dwi masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)--Kurikulum 2006.

( mfs - Bestprofit Futures )

Komentar

Postingan Populer