Revolusi Toyota Kijang, Hantarkan Produk Lokal kepada Dunia


Tak hanya manusia yang mengalami perubahan, sebuah kendaraan juga mengalami perubahan. Apalagi kendaraan tersebut sudah melekat di hati para penggunanya. Berbagai inovasi pun dilakukan oleh produsen untuk memberikan revolusi terbaik kepada pelanggan.

Hal yang sama pun dilakukan oleh Toyota Kijang yang pada tahun ini menginjak usia ke-40 tahun. Di usia yang bisa dibilang legenda ini, mungkin tidak banyak yang mengetahui bagaimana perjalanan dan transformasi mobil keluarga ini.

Pada awalnya, Toyota Kijang generasi pertama yang lahir pada tahun 1977 merupakan mobil yang digunakan untuk kendaraan niaga. Mobil dengan model pikap ini lahir untuk mendukung program pemerintah, yaitu kendaraan bermotor niaga sederhana (KBNS). Program tersebut menginginkan mobil komersial dengan multi fungsi tetapi terjangkau.

Julukan “Kijang Buaya” pun disematkan pada model ini karena tutup kap mesinnya dapat dibuka sampai ke samping. Selain itu, model pikap dengan bentuk kotak mendasar terlihat seperti badan buaya.

Mengusung konsep Basic Utility Vehicle (BUV), Kijang generasi pertama memiliki mesin 1.200 cc. Di akhir masanya, pada tahun 1980, Kijang Buaya berhasil memproduksi 26.886 unit. Dalam produksinya tersebut, penggunaan produk lokal pada mobil Kijang ini telah mencapai 19 persen.

Generasi kedua Kijang pun hadir pada tahun 1981. Pada generasi ini, Kijang mulai dikenal dengan kendaraan keluarga. Dua model pun diumumkan kepada publik, yaitu pikap dan minibus.

Penyempurnaan pada generasi ini pun dirasakan pada model pikap yang tak hanya dapat digunakan sebagai kendaraan niaga, tetapi juga keluarga. Mesin 1.300 cc pun menjadi andalan mobil dengan julukan “Kijang Doyok” ini.

Dengan menggunakan produk lokal sebanyak 30 persen, Kijang generasi kedua berhasil memproduksi mobil sebanyak 110.972 hingga tahun 1985. Generasi ini pun menjadi awal konsentrasi Toyota untuk mengembangkan mobil keluarga.
Pada tahun 1986, Toyota Kijang mengumumkan diri sebagai mobil keluarga. Mobil yang dikenal dengan nama Kijang Super ini masih mempertahankan model pikap dan minibus, tentu saja dengan penyempurnaan di beberapa bagian.

Generasi ketiga dari Kijang ini telah menyematkan mesin Advanced Super Responsive Engine dengan kapasitas 1.500 cc. Penggunaan material dan komponen lokal dalam proses produksi generasi ini pun telah mencapai 44 persen.

Kijang generasi ketiga ini merupakan generasi paling lama bertahan di pasaran, yaitu selama 10 tahun. Hal ini dikarenakan model, bodi, dan kualitas yang tangguh menjadikan Kijang Super andalan masyarakat Indonesia.
Tahun 1997, Kijang pun memperkenalkan generasi keempatnya, yaitu Kijang Kapsul. Desain yang unik dan inovatif dengan lekuk menyerupai kapsul pada bodi luar membuatnya terlihat lebih aerodinamis.

Berbagai perbaikan pun dilakukan tim Toyota Indonesia untuk memberikan produk terbaiknya. Dalam generasi ini, perbaikan paling terlihat nyata terdapat pada mesinnya. Jika sebelumnya menggunakan mesin karburator, Kijang Kapsul menggunakan Electronic Fuel Injection untuk menunjang performanya.
Dengan kapasitas mesin 1.800 cc dan 2.400 cc, Kijang Kapsul menemani keluarga Indonesia hingga tahun 2004. Pada generasi ini, penggunaan komponen lokal pun sudah mencapai 53 persen.

Di era millennium, Toyota Kijang mengeluarkan Kijang Innova pada tahun 2004. Penambahan kata “Innova” tersebut diikuti dengan ubahan fisik yang berbeda dengan model pada generasi sebelumnya untuk memenuhi perkembangan kebutuhan konsumen Kijang.

Tetap menjadi mobil keluarga, Kijang Innova merupakan model dasar yang diproduksi di pabrik baru Karawang. Teknologi Variable Valve Timing with Intelligence pun disematkan dalam model ini. Komponen lokal yang digunakan pada generasi ini sudah mencapai 80 persen.

Komentar

Postingan Populer